Sering Tak Disadari, Orang Tua Perlu Hindari Menggunakan ‘Kalimat Ancaman’ pada Anak Berikut Ini

Tanya Kak Rani – “Ayo, cepet habisin makannya! Kalau nggak, Bunda nggak akan beliin kamu jajan“. Apakah kamu pernah mengucapkan kalimat seperti pada si kecil? Jika ya, pikirkan lagi dan cobalah  untuk menghindari menggunakan kalimat mengancam anak, ya!

Mungkin kalimat tersebut sering dianggap ampuh agar anak mau mengikuti keinginan kamu. Tapi kamu perlu berhati-hati, mengancam anak tentu saja bisa memberikan efek negatif jangka panjang sama halnya dengan menghukum.

Kalimat mengancam justru mempunyai dampak yang lebih besar daripada ketika kita menghukum. Namun sayangnya, banyak orangtua yang tidak sadar jika mereka lebih sering berkomunikasi dengan anak dengan cara mengancam. Berikut jenis ancaman pada anak yang sering kali tidak disadari oleh para orangtua:

1. Seolah-olah memberikan pilihan, namun tujuannya mengancam

Mungkin beberapa orang tua ada yang sering seolah-olah memberikan pilihan, namun tujuannya untuk mengancam. Misalkan, ‘Diam ya, atau nanti bUnda turunkan di pinggir jalan, lho?’. Apakah betul benar-benar terdapat pilihan tersebut? Atau hanya mengancam supaya anak berhenti melakukan sesuatu atau merengek?

Ancaman seperti tersebut diatas nantinya justru akan semakin tidak mempan. Sebab, anak lama kelamaan akan tahu bahwa orangtuanya hanya memberikan ancaman saja, tanpa benar-benar melakukan. Sebab anak tahu bahwa Anda hanya memberikan ancaman kosong yang tidak akan mungkin dilakukan.

2. Ancaman dalam bentuk sarkasme

Sarkasme merupakan bentuk komunikasi yang buruk pada anak. Tapi, banyak orangtua yang juga tidak sadar melakukan ancaman sarkasme seperti itu. Misalnya, ancaman yang paling sering muncul dalam bentuk sarkasme. ‘Iya, sih, kamu lebih capek daripada Bunda, capek bersihkan rumah dan masak, iya kan?’. Padahal dengan kalimat tersebut akan merasa bingung mendengar curhatan ibunya, diakhiri kemudian dengan ancaman, ‘Nanti kamu rasakan, ya, jika ibu tidak masakkan kamu lagi’!

Efek negatif dari ancaman tersebut adalah saat anak beranjak remaja, mereka justru akan membalas sarkasme dengan menggunakan ungkapan yang lebih menyakitkan hati dari apa yang pernah orangtua katakan padanya. Tentu saja kamu tidak ingin hal tersebut terjadi bukan? Ingat, anak sebenarnya adalah foto kopi orangtuanya.

Baca Juga: Rekomendasi Hadiah Istimewa untuk Suami Berikut Ini

3. Mengancam dengan pertanyaan-pertanyaan retoris

Jenis mengancam anak berikutnya adalah memberikan pertanyaan retoris pada anak. Misalkan orangtua bertanya, ‘kamu bayangkan jika kamu jadi seperti anak-anak miskin yang ada di Afrika?’ Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebetulnya bukan komunikasi yang efektif.

Pertanyaan retoris merupakan bentuk nasihat berlebihan yang dibungkus serta tujuan orangtua membuat anak berpikir, padahal sebenarnya anak tidak peduli.

4. Ancaman dengan memberi label

Memberikan label kepada anak juga menjadi salah satu bentuk ancaman. Misalnya ketika orangtua mengatakan, ‘Ibu tahu, sih, memang gak gampang ya, jadi seorang pemberani. Naik perosotan memang susah’. Kalimat tersebut bukan bentuk dari empati

Orang tua yang memberikan label pada anaknya sebenarnya menjadi bentuk ancaman. Dengan mengatakan seperti kalimat tersebut diatas, Itu bukan empati namun justru menjadi label yang membuat anak kemudian melabel dirinya sendiri bahwa dirinya bukan anak pemberani. Disamping itu, ada pula orangtua yang memberikan peringatan pada anaknya, namun justru melakukannya secara berlebihan.

Untuk kamu yang saat ini sedang galau atau memiliki masalah kehidupan terkait dengan psikologi, #tanyakakrani. Hubungi kontak person Kak Rani (Maharani K., M.Psi), Psikolog Klinis Dewasa dan Anak yang sangat profesional. Kamu akan mendapatkan berbagai jawaban dan solusi atas semua kegundahan yang sedang kamu rasakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here